Dilarang Meniup Makanan atau Minuman

Pernahkah Anda sesekali meniup makanan ataupun minuman didepan Anda? Meskipun sekadar iseng atau mungkin karena terburu-buru ingin menyantapnya sementara makanan atau minuman tersebut masih panas pasti sekali waktu Anda pernah melakukannya. Tenang, Anda tidak sendiri, lihatlah kesekian banyak orang, seorang ibu yang sedang menyuapi anaknya misalnya, sudah menjadi hal yang lumrah bagi kalangan orang sekitar.

Tahukah Anda? Sebenarnya sejak dahulu nabi besar kita Muhammad SAW. mengajarkan kita untuk tidak meniup makanan ataupun minuman. Bahkan hal tersebut bukan sekadar himbauan melainkan larangan sehingga kita wajib untuk menghindarinya. Setidaknya ada beberapa hadits yang cukup jelas menerangkan hal tersebut.

Dari Abu Qatadah radhiallahu anhu dia berkata: 
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang menghembuskan nafas di dalam bejana (ketika minum).” (HR. Muslim no. 227)

Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi dari Israil dari Abdul Karim dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, ia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang meniup ke dalam makanan dan minuman.” (HR. Ahmad no.2678)

Dari Ibnu Abbas, “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang untuk bernafas atau meniup wadah air minum.” (HR. Al-Tirmidzi no. 1888 dan Abu Dawud no. 3728, dan hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani)
Sebagaimana dalam Hadits Ibnu Abbas menuturkan "Bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam melarang bernafas pada bejana minuman atau meniupnya". (HR. At Turmudzii).

Sebelumnya saya tidak mengetahuinya, sampai pada suatu saat saudara sepupu saya mengingatkan saya untuk tidak meniup makanan ataupun minuman. Tidak percaya, saya langsung mencari tahu sehingga saya menemukan hadits tersebut di atas.
Tidak sampai di situ, setelah saya simak lebih lanjut, ternyata disebutkan juga sebab-sebab ilmiahnya mengapa sampai meniup makanan ataupun minuman itu dilarang. Kira-kira penjelasannya sebagai berikut:

Dari salah satu milis kimia di Indonesia, ada yang menjelaskan secara teori bahwa ketika kita menghembuskan nafas, hal yang terjadi adalah kita mengeluarkan Carbon Dioxide (CO2). Apabila Carbon Dioxide (CO2) tersebut bercampur dengan air (H20), maka akan terbentuk zat asam carbonat (H2CO3).

Perlu kita tahu bahwa H2CO3 terdapat didalam darah dan berguna untuk mengatur pH (tingkat keasaman) di dalam darah. Darah adalah Buffer (larutan yang dapat mempertahankan pH) dengan asam lemahnya berupa H2CO3 dan dengan basa konjugasinya berupa HCO3- sehingga darah memiliki pH sebesar 7,35 – 7,45 dengan reaksi sebagai berikut: CO2 + H20 HCO3- + H+
Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Adanya kelainan pada mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.

Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah. Sedangkan Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.

Kembali lagi ke permasalahan awal, dimana makanan kita tiup, lalu karbondioksida dari mulut kita akan berikatan dengan uap air dari makanan dan menghasilkan asam karbonat yang akan mempengaruhi tingkat keasaman dalam darah kita sehingga akan menyebabkan suatu keadaan dimana darah kita akan menjadi lebih asam dari seharusnya sehingga pH dalam darah menurun, keadaan ini lebih dikenal dengan istilah asidosis.

Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih.

Tetapi kedua mekanisme tersebut tidak akan berguna jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat. Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan bahkan kematian. Nah itulah alasan mengapa kita tidak diperbolehkan meniup makanan dalam kondisi masih panas, yang ternyata sangat membahayakan jiwa kita.

Selain reaksi karbon dioksida yang telah dijelaskan di atas ternyata ada hal lain yang menjadikan kita membiasakan diri untuk tidak meniup makanan dan minuman. Selain mengeluarkan karbon dioksida, mulut juga akan mengeluarkan uap air dan berbagai partikel yang ada dari dalam rongga mulut. Yang paling mudah dideteksi adalah bau mulut yang tak sedap. Bau mulut ini mengindikasikan ada partikel yang juga dikeluarkan dari mulut. Partikel ini dapat berasal dari sisa makanan yang tertinggal di sela-sela gigi, selain itu dapat juga berupa mikroorganisme yang hidup di rongga mulut. Mikroorganisme ini kadang bersifat merugikan dan bersifat sebagai pathogen. Hal inilah yang harus dihindari supaya jangan terbawa sehingga karena berupa partikel padatan akan dapat menempel dan mengkontaminasi pada makanan yang ditiup.

Perlu diperhatikan! Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam juga menyuruh kita ketika minum seteguk demi seteguk, jangan langsung satu gelas. Hal ini diupayakan karena ada kemungkinan saat meminum segelas secara langsung akan ada hembusan nafas yang tanpa kita sadari. 

Sekiranya cukup sekian ulasan yang bisa penulis sampaikan agar bisa dipahami hikmah yang terkandung di dalamnya. Masih banyak lagi hikmah di luar sana yang belum terungkap oleh manusia.

Wallahua’lam bish Shawwab ....
Barakallahufikum ....

Semoga bermanfaat

Komentar