Kisah Nabi Muhammad SAW Dengan Seorang Pengemis Buta Yahudi

Bismillahirrahmanirrahim ...
Ya ayyuhalladzina amanuttaqullaha haqqa tuqatihi wa la tamtunna illa wa antum muslimun

Alhamdulillah sampai detik ini Allah SWT. masih memperkenankan penulis untuk berbagi ilmu kepada sesama muslim. Kali ini penulis ingin mencoba menceritakan kembali tentang kisah Rasulullah Muhammad SAW. dengan seorang pengemis buta Yahudi sehingga kita akan dapat selalu mengingat dan mengenang akan kemuliaan Rasulullah SAW. Tanpa banyak basa-basi langsung saja di simak yang di bawah ini.

“Wahai saudaraku! Jangan engkau dekati Muhammad itu. Dia orang gila. Dia pembohong. Dia tukang sihir. Jika engkau mendekatinya, engkau akan dipengaruhinya dan engkau akan menjadi seperti dia,” kata seorang pengemis buta Yahudi berulang-ulang kali di satu sudut pasar di Madinah pada setiap pagi sambil tangannya menadah meminta belas orang yang lalu-lalang.
Ditengah keramaian orang yang lalu-lalang di pasar itu ada yang memberinya sedekah kerana kasihan malah ada juga yang tidak mempedulikannya.

Tidak tanggung-tanggung, ucapan itu dia lontarkan setiap pagi seolah-olah mengingatkan kepada orang banyak supaya jangan terpedaya dengan ajaran Rasulullah SAW. Seperti biasa juga, Rasulullah SAW ke pasar Madinah. Sesampainya baginda di sana, baginda selalu menemui pengemis buta Yahudi itu lalu menyuapkan makanan ke mulutnya dengan lembut dan sopan tanpa berkata apa-apa.

Pengemis buta Yahudi itu tidak pernah bertanya siapakah yang menyuapinya. Pengemis itu begitu berselera sekali. Dia merasa senang ada orang yang berbaik hati memberi dan menyuapi makanan ke mulutnya. Terlebih baginda melakukannya dengan penuh ketulusan.

Perbuatan baginda itu dilakukannya setiap hari sampai akhirnya baginda wafat. Sejak kewafatan baginda, tidak ada seorang pun yang sudi menyuapkan makanan ke mulut pengemis itu setiap pagi.

Pada satu pagi, Saidina Abu Bakar ra. pergi ke rumah anaknya, Siti Aisyah yang juga merupakan isteri Rasulullah SAW untuk menanyakan sesuatu kepadanya. Ia bertanya kepada anaknya, “Anakku, adakah kebiasaan Rasulullah yang belum aku kerjakan?”
Aisyah menjawab, “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja.”

“Apakah Itu?” tanya Saidina Abubakar ra. penasaran. Ia kaget juga karena merasa sudah mengetahui bagaimana kebiasaan Rasulullah semasa hidupnya.

“Setiap pagi Rasulullah selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di sana,” kata Aisyah.

Keesokan harinya Saidina Abubakar ra. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Saidina Abubakar ra. mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Saidina Abubakar ra. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil menghardik, “Siapa kamu?”
“Akulah orang yang selalu menyuapimu setiap pagi,” jawab Saidina Abu Bakar ra. sambil memerhatikan wajah pengemis buta itu yang nampak marah.

“Bukan! Kamu bukan orang yang selalu menyuapiku setiap pagi. Perbuatan orang itu terlalu lembut dan sopan. Aku dapat merasakannya, dia menghaluskan makanan itu terlebih dahulu kemudian barulah menyuapkannya ke mulutku. Tapi kali ini aku terasa sangat susah aku hendak menelannya,” balas pengemis buta itu lagi sambil menolak tangan Saidina Abu Bakar ra. yang masih memegang makanan itu.

Saidina Abubakar ra. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya. “Tetapi ke manakah perginya orang itu dan siapakah dia?”, tanya pengemis buta itu. "Orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah saw.”
Jelas Saidina Abu Bakar ra dengan harapan pengemis itu berpuas hati.

“Dia Muhammad Rasulullah?”, kata pengemis itu dengan suara yang terkedu.
“Mengapa kamu terkejut? Dia insan yang sangat mulia,” jelas Saidina Abu Bakar ra. Seketika itu pengemis itu pun menangis sepuas-puasnya. Setelah agak reda, barulah dia bersuara.
“Benarkah dia Muhammad Rasulullah?”, pengemis buta itu mengulangi pertanyaannya seolah-olah tidak percaya dengan berita yang baru didengarnya itu.
“Ya benar. Kamu tidak percaya?”
“Selama ini aku menghinanya, aku memfitnahnya tetapi dia sedikit pun tidak pernah memarahiku malah dia terus juga menyuap makanan ke mulutku dengan sopan dan lembut. Sekarang aku telah kehilangannya sebelum sempat memohon ampun kepadanya,” ujar pengemis itu sambil menangis teresak-esak.
“Dia memang insan yang sangat mulia. Kamu tidak akan berjumpa dengan manusia semulia itu selepas ini kerana dia telah pun meninggalkan kita,” beritahu Saidina Abu Bakar ra.
“Kalau begitu, aku ingin engkau menjadi saksi. Aku ingin mengucapkan kalimat syahadat dan aku memohon ampunan Allah,” ujar pengemis buta itu.
Selepas peristiwa itu, pengemis itu telah memeluk Islam di hadapan Saidina Abu Bakar ra. Keperibadian Rasulullah SAW telah memikat jiwa pengemis itu untuk mengakui ke-Esaan Allah. Subhanallah sungguh kemuliaan hati Rasulullah SAW. ini tak akan ada seorang pun yang memiliki selain dirinya.

Dari kisah ini dapat diambil makna kesabaran dan keikhlasan yang sudah seharusnya berjalan selaras. Sering kita merasa sudah sangat sabar hingga akhirnya terucap kata "sabar itu ada batasannya." Hal ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan diantara dua hal itu. Mungkin kita sudah sabar tapi belum bisa ikhlas. Kita berusaha sekeras mungkin untuk bisa sabar tapi kita tidak dapat ikhlas untuk menerima kenyataan yang sudah Allah SWT. takdirkan kepada kita. Hal tersebut malah akan berujung pada penyesalan dan kekesalan. Jika hal ini terjadi maka kesabaran itu akan berbalik menikam kita sehingga kita semakin jauh dari makna sabar, nauzubillah. Belajarlah ikhlas dan selalu berfikir positif bahwa apa yang sudah ditakdirkan oleh Allah SWT. adalah yang terbaik untuk kita meski tak seindah yang kita harapkan. Tapi ingatlah selalu bahwa Allah SWT. itu maha bijaksana, maha adil, dan maha penyayang bagi makhluknya yang beriman kepadanya. Sekian yang bisa penulis sampaikan, semoga dapat menjadi manfaat bagi sesama kaum muslim, amin.

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadualla ilahailla anta astagfiruka wa'atubu ilaik.

Komentar